21 perkara YANG TIDAK BOLEH DICACI

Oleh: Muhammad Nur Muttaqien

 1| Allah Ta’ala

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يَشْتِمُنِي ابْنُ آدَمَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَشْتِمَنِي وَيُكَذِّبُنِي وَمَا يَنْبَغِي لَهُ أَمَّا شَتْمُهُ فَقَوْلُهُ إِنَّ لِي وَلَدًا وَأَمَّا تَكْذِيبُهُ فَقَوْلُهُ لَيْسَ يُعِيدُنِي كَمَا بَدَأَنِي

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Manusia keturunan Adam telah mencaci maki Aku, padahal tidak pantas dia mencaci maki Aku. Juga telah mendustakan Aku, padahal tidak pantas dia mendustakan Aku. Adapun caciannya kepada-Ku ialah ucapannya bahwa Aku punya anak. Dan adapun pendustaannya kepada-Ku ialah ucapannya, bahwa Dia tidak bisa menghidupkan aku kembali sebagaimana Dia telah menciptakan aku.” Hr. Bukhori No: 2954, dari Abu Hurairah r.a.

2| Yang disembah selain Allah

وَلاَ تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

  • Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. Qs. Al-An’am (6): 108

3| Budak / Pembantu

إِنِّي سَابَبْتُ رَجُلاً فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمْ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ

  • Abu Dzar r.a. berkata: “Sesungguhnya aku ini pernah mencela seorang (budak), lalu aku permalukan dia dengan mengatai-ngatai ibunya. Maka Nabi s.a.w. mengatakan kepada saya: “Wahai Abu Dzar! Apakah kamu mempermalukannya dengan (mengatai-ngatai) ibunya? Sesungguhnya kamu adalah seseorang yang memiliki watak Jahiliyyah. Saudara-saudara kalian itu adalah pembantu-pembantu kalian. Allah telah menjadikan mereka di bawah kekuasaan kalian. Maka barangsiapa yang saudaranya berada di bawah kekuasaannya, hendaklah dia memberinya makan dari apa yang dia makan dan memberinya pakaian dari apa yang dia pakai. Dan janganlah kalian bebankan kepada mereka sesuatu yang memberatkan mereka. Bila kalian bebani mereka maka bantulah mereka. Hr. Bukhori No: 29, dari Abu Dzar r.a.

4| Orang Islam

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Mencaci maki sesama muslim ialah fasiq. Dan memeranginya adalah kufur.” Hr. Bukhori No: 46, dari Abdullah bin Mas’ud r.a.

5| Orang-orang yang sudah meninggal

لاَ تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah kalian mencela orang-orang yang sudah mati, karena sesungguhnya mereka itu telah sampai kepada apa yang telah mereka amalkan.” Hr. Bukhori No: 1306, dari Aisyah r.a.

لاَ تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَتُؤْذُوا الْأَحْيَاءَ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki orang-orang yang sudah mati, karena kalian akan menyakiti perasaan orang-orang yang masih hidup.” Hr. Tirmidzi No: 1905, dari Mugiroh bin Syu’bah r.a.

6| Para sahabat Nabi s.a.w.

لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku. Andaikata seseorang dari kalian berinfaq sebesar gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud amal mereka, juga tidak setengahnya.” Hr. Bukhori No: 3397, dari Abu Sa’id al-Khudriy r.a.

مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang mencaci maki para sahabatku maka dia akan mendapatkan laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya.” Hr. Tabrani No: 12709 Al-Mu’jamul Kabir XII:42, dari Ibnu Abbas r.a.

7| Al-Qur’an

كَانَ إِذَا صَلَّى بِأَصْحَابِهِ رَفَعَ صَوْتَهُ بِالْقُرْآنِ فَإِذَا سَمِعَهُ الْمُشْرِكُونَ سَبُّوا الْقُرْآنَ وَمَنْ أَنْزَلَهُ وَمَنْ جَاءَ بِهِ فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ أَيْ بِقِرَاءَتِكَ فَيَسْمَعَ الْمُشْرِكُونَ فَيَسُبُّوا الْقُرْآنَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا عَنْ أَصْحَابِكَ فَلاَ تُسْمِعُهُمْ وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا

  • Ibnu Abbas r.a. berkata: ” Rasulullah s.a.w. bila shalat mengimami para sahabatnya, beliau membacakan Al-Qur’an dengan suara yang tinggi. Bila hal ini terdengar oleh orang-orang musyrik, merekapun mencela Al-Qur’an, Yang menurunkannya (yaitu Jibril) dan yang membawanya (yaitu Rasulullah s.a.w.). Maka Allah berfirman kepada Nabi-Nya s.a.w.: (( Janganlah kamu nyaringkan dengan shalatmu )) maksudnya: “Jangan kamu nyaringkan bacaanmu, sehingga hal itu terdengar orang-orang musyrik, lalu mereka mencaci Al-Qur’an.” (( dan janganlah kamu rendahkan )), maksudnya: “Sehingga tidak terdengar oleh para sahabatmu.” (( Tetapi carilah yang pertengahan antara itu )). Hr. Bukhori No: 4353, dari Ibnu Abbas r.a.

Dari keterangan ini nyatalah bahwa mencaci Al-Qur’an termasuk karakter orang musyrik, yang tentu saja tidak boleh dilakukan oleh umat Islam.

8| Kedua orang tua

مَلْعُونٌ مَنْ سَبَّ أَبَاهُ مَلْعُونٌ مَنْ سَبَّ أُمَّهُ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Terkutuk orang yang mencaci maki bapaknya. Terkutuk orang yang mencaci maki ibunya. Hr. Ahmad No: 1779, dari Ibnu Abbas r.a.

9| Ibu dan Bapaknya orang lain

إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya termasuk dosa yang paling besar ialah apabila seseorang mengutuk kedua orang tuanya sendiri.” Ditanya kepada beliau: “Bagaimanakah seseorang mengutuk orang tuanya sendiri?” Beliau s.a.w. bersabda: “Seseorang mencaci maki Ibu Bapak orang lain, lalu orang tersebut membalas mencaci maki Bapaknya (yaitu yang memulai), dan mencaci maki ibunya pula.” Hr. Bukhori No: 5516, dari Abdullah bin Amr r.a.

Dengan demikian, kita tidak boleh mencaci seseorang yang menyebabkan orang tua kita dicaci maki. Menurut hadis ini, sama saja kita memakli orang tua sendiri.

10| Zaman / Masa

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ بِيَدِي الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah Ta’ala berfirman (( Anak cucu Adam telah menyakiti-Ku. Dia telah mencaci zaman, padahal Akulah (Pencipta) zaman. Di tangan-Ku segala urusan. Aku yang membulak balik malam dan siang. )). Hr. Bukhori No: 4452, dari Abu Hurairah r.a.

Umpamanya mengatakan “Zaman Sial”, “Zaman Edan”.

11| Penyakit Demam

لَا تَسُبِّي الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena dia dapat menghilangkan dosa-dosa anak cucu Adam sebagaimana alat perapian dapat menghilangkan kotoran besi.” Hr. Muslim No: 4672, dari Jabir bin Abdillah r.a.

12| Siapapun walaupun dia mencaci maki kita dan apapun walaupun binatang

وَإِنْ امْرُؤٌ شَتَمَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تَشْتُمْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّهُ يَكُونُ لَكَ أَجْرُهُ وَعَلَيْهِ وِزْرُهُ … وَلاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ أَحَدًا وَلاَ شَاةً وَلاَ بَعِيرًا

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: … Dan jika seseorang mencaci kamu dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu, maka janganlah kamu mencaci dia dengan sesuatu yang ada pada dirinya, maka sesungguhnya bagimu pahalanya dan atasnya dosanya… Dan janganlah kamu mencaci maki seorangpun. (Kata Jabir: “Semenjak itu aku tidak pernah mencaci seseorang, tidak seekor sapipun dan tidak seekor untapun).” Hr. Ahmad No: 19717, dari Jabir bin Sulaim Al-Hujaimi

13| Nasab / keturunan

أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Empat hal yang termasuk perkara Jahiliyah di dalam tubuh umatku yang tidak mereka tinggalkan. (1) Membangga-banggakan keturunan, (2) mencela keturunan, (3) meminta air hujan dengan bintang, dan (4) merintih. Hr. Muslim No: 1550 dari Abu Malik al-Asy’ari r.a.

Contoh mencela keturunan ialah dengan mengatakan: “Dasar orang Garut. Dasar orang Batak. Dasar orang Jawa. Dan lain sebagainya.” Ini termasuk karakter Jahiliyah.

14| Isteri

أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ أَوْ اكْتَسَبْتَ وَلاَ تَضْرِبْ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِي الْبَيْتِ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hendaknya kamu memberinya makan bila kamu makan. Memberinya pakaian bila kamu berakaian. Janganlah kamu mencaci maki. Janganlah kamu memukul wajahnya. Dan janganlah berpisah tempat tidur kecuali masih di dalam rumah. Hr. Abu Daud No: 1830 dari Mu’awiyah bin Haidah r.a.

15| Angin

لَا تَسُبُّوا الرِّيحَ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مَا تَكْرَهُونَ فَقُولُوا: اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيحِ وَخَيْرِ مَا فِيهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيحِ وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِه

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah kalian mencaci angina. Apabila kalian melihat sesuatu yang tidak kalian sukai, maka ucapkanlah: alloohumma innaa nas-aluka min khoiri hadzihir riih wa khoiri maa fiihaa wa khoiri maa umirot bih. Wa na’uudzu bika min syarri hadzihir riih wa syarri maa fiihaa wa syarri maa umirot bih (Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu sebagian dari kebaikan angin ini, dan kebaikan apa yang terkandung di dalamnya dan kebaikan apa yang diperintahkan dengannya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angina ini, keburukan apa yang terkandung di dalamnya dan keburukan apa yang diperintahkan dengannya. | HR. Tirmidzi dari Ubay bin Ka’ab r.a.

16| Para pelaku pelanggaran yang sudah mendapatkan hukuman

Buraidah bin al-HAshib r.a. berkata: “Lalu datanglah Khalid bin Walid membawa sebuah batu, lalu melempari kepalanya, hingga terpercik darahnya ke wajah Khalid. Diapun mencaci maki wanita (pezina itu). Cacian itu terdengar oleh NAbi s.a.w. Beliau bersabda:

مَهْلًا يَا خَالِدُ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا صَاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ لَهُ

  • “Tenanglah wahai Khalid. Demi diriku yang berada dalam genggaman tangan-Nya, sesungguhnya Dia telah bertobat yang kalau mentobatinya pemungut cukai, tentu akan diampuni.” | HR. Muslim dari Buraidah bin al-Hashib r.a.

Ini adalah peristiwa rajam yang pernah terjadi di zaman Rasulullah s.a.w., Seorang wanita yang datang kepada beliau minta dirajam karena merasa berdosa telah melakukan perzinahan. Lalu permintaan wanita tersebut dikabulkan oleh NAbi s.a.w. dengan syarat anaknya sudah mendapatkan hak asi selama dua tahun dan hak pengasuhan dari orang yang udah mengasuhnya.

Dengan demikian, kalau seseorang sudah mendapatkan hukuman atas perbuatannya, maka tidak ada hak bagi kita untuk tetap mencaci makinya.

17| Setan

لاَ تَسُبُّوا الشَّيْطَانَ وَتَعَوَّذُوا مِنْ شَرِّهِ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki setan, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya.” | HR. Mukhlis dari Abu Hurairah r.a.

18| Musibah karena teledor

مَنْ بَاتَ وَفِي يَدِهِ رِيْحُ غَمْرٍ فَأَصَابَهُ شَيْءٌ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang bermalam sementara di tangannya masih ada bau anyir, lalu dia tertimpa sesuatu musibah, maka janganlah ia mencela kecuali terhadap dirinya sendiri.” | HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a.

Terkadang terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena keteledoran kita, lalu kita caci maki isteri, anak, binatang, atau apa saja, padahal itu karena keteledoran kita. Ini tidak benar.

19| Ayam

لاَ تَسُبُّوا الدِّيْكَ فَإِنَّهُ يُوْقِظُ لِلصَّلاَةِ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah kali mencaci maki ayam, karena dia membangunkan untuk shalat.” | HR. Abu Daud dari Zaid bin Khalid r.a.

20| Waraqah ibn Naufal

لاَ تَسُبُّوا وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلَ فَإِنِّي رَأَيْتُ لَهُ جَنَّةً أَوْ جَنَّتَيْنِ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki Waraqah bin Naufal, karena sesungguhnya aku telah melihat (disediakan) baginya satu surga atau dua surga |HR. Hakim dalam Al-Mustadrok dari Aisyah r.a.

Waraqah bin Naufal ialah paman ibu Khadijah yang saat Nabi s.a.w. mendapatkan wahyu pertama di gua Hiro, dibawa oleh Ibu Khadijah kepada Waraqah yang pamannya itu. Dia seorang Nasrani yang berpegang teguh kepada syari’at Nabi Isa a.s. dan kepada Injil yang asli. Dia seorang pendeta yagn berakidah tauhid. Dia buta. Dan wafat sebelum Nabi s.a.w. diangkat menjadi nabi dan rasul. Walau demikian beliau pernah berjanji, bila saat Nabi s.a.w. diangkat menjadi Rasul Allah dia masih hidup, akan akan membela Nabi Muhammad s.a.w. sampai titik darah penghabisan.

21| Kaum Tubba’

لاَ تَسُبُّوا تُبَّعًا فَإِنَّهُ قَدْ كَانَ أَسْلَمَ

  • Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki kaum Tubba, karena kaum ini sesungguhnya telah memeluk Islam.” | HR. Ahmad dari Sahal bin Sa’ad r.a.

Kaum Tubba’ ialah orang-orang Himyar di Yaman dan Tubba’ adalah gelar bagi raja-raja mereka. Tentang mereka ini disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu (1) firman Allah: “Apakah mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba’ dan orang-orang sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa.” [QS. Ad-Dukhon (44): 37]. (2) firman Allah: “Dan penduduk Aikah dan kaum Tubba’, semuanya telah mendustakan rasul-rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapatkan hukuman yang sudah diancamkan.” [QS. Qof (50): 14]

 

 

 

 

Leave a comment